Jumat, 09 Oktober 2009

Asal Asul Baju Bodo

Baju tanpa lengan ini sudah turun-temurun dipakai perempuan Bugis. Kata bodo diambil dari bahasa setempat, yang berarti ’tak berlengan’.

Menurut tradisi, suku dari Sulawesi Selatan sejak dahulu sudah menetapkan enam penggolongan warna bagi pemakainya.

Masing-masing menunjukkan tingkat usia juga status sosial. Baju bodo berwarna jingga hanya dikenakan oleh anak perempuan usia 10 tahun. Campuran jingga dan merah darah dikenakan gadis yang usianya antara 10 tahun dan 14 tahun.

Beranjak ke usia 17 tahun hingga 25 tahun, sang gadis mengenakan organza putih dipakai para inang dan dukun, hijau khusus buat putri bangsawan, lalu ungu bagi para janda.

Umumnya, baju bodo dipadukan dengan lipa sabbe, yakni sarung sutra bercorak kotak. Kemudian para perempuan menambahkan aksesori seperti bando kembang goyang, untaian kembang kuningan di leher, dan gelang tebal.

Para perempuan akan memamerkan baju bodo mereka pada pesta besar seperti pernikahan. Namun zaman sekarang ketika pilihan baju pesta seperti kebaya modern dan gaun malam lebih populer, keturunan Bugis hanya memakai pakaian tradisionalnya saat ia menikah atau mendampingi mempelai wanita sebagai passappi. Tentunya, aturan warna pun tidak lagi dipertimbangkan secara ketat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wanuangku